Beranda | Artikel
Keutamaan Ilmu Dikenal Dari Kebalikannya
Kamis, 22 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Keutamaan Ilmu Dikenal Dari Kebalikannya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 5 Rabiul Awal 1442 H / 22 Oktober 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Keutamaan Ilmu Dikenal Dari Kebalikannya

Saat ini kita ada di pembahasan segi ke-68 tentang keutamaan ilmu, yaitu العلم وفضله و بيان مداركه (ilmu dan keutamaannya serta penjelasan tentang cakupannya). Pembahasan halaman 101 pada kitab العلم : فضله وشرفه).

Sudah banyak kita bahas tentang keutamana ilmu di segi-segi yang lalu. Sekarang akan dibahas penjelasan keutamaan ilmu dari segi yang lain. Kata Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala bahwa keutamaan sesuatu bisa kita kenal dari kebalikannya. Jadi kalau ada satu sifat yang dicela dikalangan manusia, berarti kebalikannya mesti sifat terpuji. Sekarang kalau kita mengatakan orang itu bodoh, apakah ini berarti pujian atau celaan? Pasti celaan. Orang bodoh saja marah kalau dibilang bodoh, padahal benar-benar dia bodoh. Ini menunjukkan bodoh itu adalah celaan, bukan sifat terpuji. Sampaipun dalam semua bidang ilmu, orang yang dikatakan tidak paham atau orang yang bodoh, ini merupakan perkara yang tercela.

Kata Ibnul Qayyim:

أنّ فضيلة الشيء تعرف بضدّه

“Keutamaan sesuatu bisa dikenal dari lawan atau kebalikannya.”

Ada penyair Arab yang dinukilkan di sini, dia mengatakan:

والضـد يظهـر حسـنه الضـد، و بضدهـا تتمـيز الأشـياء

“Sesuatu itu akan semakin terlihat dengan lawannya dan dengan kebalikan atau lawannya segala sesuatu itu akan semakin jelas.”

Contoh adalah ketika seseorang makan dalam keadaan lapar dan dalam keadaan tidak lapar, kira-kira lebih enak mana? Tentu lebih enak makan ketika lapar, karena ada lawannya di situ. Sehingga ketika dia dalam keadaan lapar lalu ditawarkan makanan, meskipun makanannya tidak begitu enak tetap saja akan dianggap enak.

Orang yang sekian lama sakit kemudian dia sembuh, tentu rasa sembuh atau sehat ini nikmat sekali terasa bagi dirinya dibandingkan orang yang tidak pernah sakit. Karena dia sudah merasakan lawannya. Antum misalnya minum madu yang manis, memang terasa manis. Tapi coba sebelumnya makan sesuatu yang pahit lalu baru minum yang manis itu, pasti akan terasa lebih manis lagi. Hal ini karena kita baru merasakan kebalikannya. Itu maksudnya bahwa segala sesuatu semakin jelas dengan kebalikannya.

Kata Ibnul Qayyim, bahwa tidak ragu lagi kebodohan adalah pangkal dari segala kerusakan. Dan semua keburukan yang menimpa seorang manusia dalam urusan dunia dan akhiratnya, itu adalah buah dari kebodohan. Karena misalnya seseorang mempunyai pengetahuan tentang satu makanan yang beracun, bahkan bisa menyebabkan rusaknya organ tubuh bagian dalam pada waktu tertentu, kalau dia yakin dan tahu tentang hal itu, maka dia tidak akan mengkonsumsi makanan tersebut. Kalaupun seandainya ada orang yang memang bunuh diri sehingga makan makanan yang beracun, itu bukan karena kejahilannya, tapi karena dia mengetahui makanan itu sesuai dengan tujuannya yang tujuan ini lebih dia sukai daripada penderitaan yang dirasakan dengan kelaparan atau hal yang lainnya.

Yang jelas, ini menunjukkan kepada kita bahwasanya ilmu tentang sesuatu adalah kebalikan dari kejahilan yang merupakan sifat keburukan yang tidak disukai semua manusia. Makanya kalau Antum lihat, di dalam Islam itu hal-hal yang buruh dinisbatkan dengan kejahilan. Contohnya zaman jahiliyah (zaman kebodohan). Sampai-sampai dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan larangan bagi kaum perempuan untuk berhias, tidak memakai hijab yang syar’i, disebutkan:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ

Hendaknya kalian menetap di rumah-rumahmu dan janganlah kamu berhias atau bertingkah laku berdandan seperti kebiasaan wanita-wanita jahiliyah terdahulu...” (QS. Al-Ahzab[33]: 33)

Dan banyak disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya juga:

…وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ﴿١٩٩﴾

Berpalinglah dari orang-orang yang jahil.” (QS. Al-A’raf[7]: 199)

Jadi orang-orang jahil itu tidak perlu digubris. Karena kita menggubris mereka, itu bukan cuma mendatangkan keburukan, bahkan tidak mendapatkan keutamaan dalam agama. Untuk orang-orang jahil, mereka tidak diperintahkan untuk kita lawan, berpaling dari mereka. Itu banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan sifat-sifatnya:

…وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾

Dan jika mereka ditegur oleh orang-orang jahil, mereka mengucapkan ucapan-ucapan keselamatan.” (QS. Al-Furqan[25]: 63)

Ini saking tercelanya orang jahil, sehingga kita diperihtakan untuk berpaling dari mereka. Kalau kita ingin sampaikan nasihat, maka sampaikan nasihat. Kalau mereka membantah, tidak usah dilayani, berpaling dari mereka dan ucapkan ucapan keselamatan. Ini menunjukkan kepada kita tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu karena ilmu adalah lawan dari kejahilan yang merupakan asal dari semua keburukan dan kerusakan.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian Tentang Keutamaan Ilmu Dikenal Dari Kebalikannya

Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49271-keutamaan-ilmu-dikenal-dari-kebalikannya/